mediasumatera.id – “Jalan terpenting untuk mempertinggi mutu sekolah-sekolah ialah mempertinggi mutu pendidiknya” Mr. Muhammad Yamin
“Murid mungkin melupakan apa yang guru ucapkan, tetapi murid tidak akan melupakan bagaimana guru membuat seorang murid merasakan”… Carl W. Buechner
Menjelang awal tahun ajaran baru, biasanya sekolah sekolah swasta audah mulai ada perasaan tak menentu harap harap cemas (H2C), apakah ada peserta didik baru di tahun ajaran baru?Oleh karena itu, petualangan di mulai, dengan melakukan promosi door to door dari sekolah ke sekolah sasaran. Atau selain promosi door to door, menampilkan berbagai prestasi, atau keunggulan sekolah atau kekhasan sekolah, melalui berbagai jenis ekskul, juga berbagai cara yang lain, seperti safari koor gereja, berbagai lomba, dan turnamen: futsall, basket atau barangkali GeSBaz, open house, yang intinya ingin menarik minat calon peserta didik baru. Namun, sayangnya hasilnya tidak signifikan sesuai harapan. Calon peserta didik yang tertarik tidak sesuai dengan harapan. Pertanyaannya adalah apa yang salah? Padahal promosi telah gencar dilakukan.
Hemat saya, promosi tidaklah cukup, ada begitu banyak PR yang harus dilakukan sebagai inovasi, tetapi juga perlu direformasi. Pertama: wujudkan tim intern sekolah yang solid. Jadi, harus ada soliditas dan solidaritas dalam tim. Untuk itu, manajemen dan leadership kepala sekolah menjadi kunci. Sebab, memang kepala sekolah adalah orang kunci (key person) dalam mewujudkan soliditas dan solidaritas itu. Kedua: budaya 5S, iklim sekolah yang kondusif, dan promosi hidup yang baik di kelas maupun di sekolah. Untuk hal ini, setiap guru harus dapat menjaga lisan atau ucapan, serta sikap (attitude) dengan tidak membullying peserta didik. Ketiga: kedisiplinan dan kebersihan harus dijaga dan ditingkatkan. Keempat: karakter guru dan peserta didik harus di jaga dengan baik. Sekolah yang memiliki karakter yang baik, tidak mungkin terjadi pembullyian. Dewasa ini, kualitas suatu sekolah bukan hanya satu satunya ditentukan oleh nilai akademik, atau non akademik dan atau prestasi lomba, melainkan juga sangat ditentukan oleh karakter yang baik. Bahkan, hemat saya justeru karakter ini yang lebih penting. Sebab, apa artinya nilai akademik bagus, namun karakter peserta didiknya bobrok. Dan untuk sekolah sekolah yang inputnya kuang bagus, prioritaskan bentuk karakternya. Kelima: promosi melalui publikasi koran, sosmed (sosial media): FB, IG, tiktok, youtube, dll. Sebab, walau sekolah kita menoreh banyak prestasi, tetapi jarang bahkan tidak pernah di publikasikan, itu sama saja dengan menyimpan katak di bawah tempurung. Keenam: menciptakan personal branding dan school branding yang baik. Branding adalah persepsi orang atau masyarakat tentang seseorang atau sekolah. Personal branding bisa melahirkan school branding.
Inilah enam poin yang perlu diperhatikan, selain promosi yang sudah biasa dilakukan tiap tahun. Sebab, bisa jadi kita terlalu fokus ke luar, sampai melupakan atau mengabaikan persoalan di dalam sekolah sendiri. Jangan sampai hebat keluar, tetapi heboh ke dalam sekolah sendiri. Dan bisa jadi, 6 poin diatas sudah juga dilakukan, namun belum serius atau sungguh sungguh, maka apa yang dilakukan? Yang perlu dilakukan adalah passion nya ditingkatkan, diiringi dengan doa. Jadi, hemat saya, jika ke 6 poin diatas dilakukan dengan serius, 100 % pasti berhasil.
EKSISTENSI SEKOLAH SWASTA DAN TAHUN AJARAN BARU
Eksistensi sekolah swasta, sangat tergantung dari ada tidaknya peserta didik baru tiap tahun ajaran. Jika tidak ada peserta didik baru, bisa jadi terancam gulung tikar. Dan bila hal itu terjadi, maka akan membawa banyak korban, tidak saja yayasan pengelola, tetapi juga kehilangan pekerjaan para guru. Dan dibeberapa wilayah di nusantara hal ini sudah terjadi, yakni ada beberapa sekolah swasta yang ditutup lantaran tidak ada peserta didik baru. Bagaimana dengan nasib sekolah kita? Sesungguhnya nasib sekolah kita, ada di kepala, hati, tangan dan kaki, ibu / bapak kepala sekolah, ibu bapak guru, dan pegawai. Oleh karena itu, setiap orang harus merasa memiliki terhadap sekolah (sense of belonging to school). Dengan demikian, setiap kepala sekolah, guru dan pegawai, haruslah bersikap dan bertindak sebagai seorang pemilik dan bukan bermental sebagai seorang upahan. Seorang upahan, dia datang hanya untuk mengajar dan diakhir bulan mendapatkan gaji, tanpa peduli terhadap situasi sekolah. Jika mentalitas itu yang terjadi, maka jangan harap sekolah tetap eksis, melainkan siap angkat kaki. Apalagi ditengah persaingan antar sekolah swasta untuk mendapatkan peserta didik baru, agar sekolah selalu eksis, maka harusnya semua stakeholder harus proaktif, bahu membahu, serta saling support, agar sekolahnya tidak mati suri. Dan agar sekolah tidak mati suri, maka kuncinya adalah ciptakan inovasi dan kreativitas dalam kegiatan pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. Jika mampu ciptakan itu, maka roh atau aura positif sekolah akan terpancar.ke sudut sudut sekolah dan ke masyarakat, bagaikan “mercusuar”, melalui kesaksian hidup kita.
Dengan sikap proaktif, berarti tidak ada yang menjadi penonton, melainkan semua stakeholder harus berAKSI dan berSAKSI. Inilah awal dari sekolah berkualitas yang tentunya sangat didambakan oleh satuan pendidikan sendiri, orangtua, masyarakat, dan pemerintah. Jika setiap satuan pendidikan dikelola dengan baik oleh seorang key person (kasek) dan di support oleh stakeholder yang ada di satuan pendidikan, maka satuan pendidikan tersebut akan menjadi incaran dan pilihan orangtua, masyarakat yang akan menyekolahkan putra/inya setiap awal tahun ajaran baru. Namun, sekolah yang berkualitas perlu membuka diri dalam setiap perubahan, dan bahkan harus menjadi pelopor dan agen perubahan (agent of change). Jadi, prinsipnya, setiap satuan pendidikan harus bisa menunjukan jati dirinya dan harus adanya semangat kompetitif yang sehat. Oleh karena itu. dibutuhkan guru yang berkualitas, profesional dan berkompeten. serta memiliki spiritualitas HATI untuk peserta didik. Pendidik dan peserta didik yang berkualitas akan melahirkan satuan pendidikan yang berkualitas pula. Tentunya kualitas di sini tidak hanya diukur dari outputnya dalam bentuk angka secara kuantitatif, melainkan juga dalam bentuk kualitatif, yakni sikap dan kepribadian peserta didik yang baik dan terpuji atau berkarakter baik. Dan harus kita akui, bahwa selama ini sebelum UN (Ujian Nasional) diganti dengan AN (Assesmen Nasional), kita selalu terjebak dengan kualitas secara angka dari persentase kelulusan. Padahal kualitas sekolah tidak hanya diukur dari angka kelulusan semata, melaikan masih ada aspek lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu aspek kepribadian, sosial, karakter.
Lebih lanjut saya sampaikan bahwa peserta didik yang berkualitas setidaknya dia menjadi pribadi yang cerdas dan, berkarakter baik, sopan dalam berkata, dan santun dalam tindakannya. Inilah kira-kira ciri peserta didik yang berkualitas.yang diharapkan. Untuk itu sekali lagi, dibutuhkan pemimpin sekolah yang mengerti tentang pendidikan dan mempunyai visi ke depan dan berani membuat terobosan. Tidak cuma kepala sekolah, tetapi semua stakeholder baik internal sekolah, maupun eksternal sekolah, dalam hal ini orang tua, alumni, perguruan tinggi, du/di (dunia usaha/industri, dan pemerhati pendidikan. Akhirnya, sekolah yang berkualitas adalah sekolah yang:
- Memiliki komitmen dan konsisten terhadap budaya mutu, disiplin dalam segala aspek, mulai dari kepala sekolah sampai pembantu pelaksana.
- Memiliki para pendidik yang berkualitas, profesional dan berkompeten dalam inovasi serta kreatif dalam pembelajaran di kelas, dan menguasai IT.
- Lingkungan sekolah yang ASRI (Aman, Sehat, Rindang dan Indah)
- Memiliki karakter, sikap saling menghargai dan menghormati, ramah tamah antar stakeholder(kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan serta peserta didik), terlebih terhadap setiap tamu yang datang ke sekolah.
- Memliki kepuasan bagi pelanggan baik internal maupun eksternal.
Dan perlu diingat bahwa peserta didik merupakan media promosi yang jitu dan efektif juga biayanya murah? Mengapa?tanpa dibayar pasti dia akan bercerita kepada orangtua atau orang-orang yang dia kenal tentang pengalaman dan perasaaan yang dialami di sekolah. Apa yang saya utarakan diatas pasti sampai ketelinga orang-orang yang dia cerita, dan hal ini akan menyebar luas. Kalau ini yang terjadi, maka awal tahun ajaran baru pasti kebanjiran calon peserta didik baru. Karena itu yang sudah masuk ke “taman” asuhan kita, haruslah diasah, diasih dan diasuh dengan baik. Jangan pernah melukai hati dan perasaan peserta didik, melainkan kita harus membantunya, agar dia bertumbuh dan berkembang dengan baik, secara intelektual, afektif (kepribadian), sosial, spiritual.
Penutup
“Guru tidak hanya mengajar, tetapi juga menciptakan jejak jejak kebaikan, di hati peserta didik”
“Siswa tidak membutuhkan guru yang sempurna. Siswa membutuhkan seorang guru yang bahagia. Seseorang yang akan membuat mereka bersemangat untuk datang ke sekolah dan menumbuhkan kecintaan untuk belajar.”
Demikianlah tulisan ini saya sharekan kepada sahabat-sahabat guru yang hebat. Dan ingatlah bahwa dalam genggaman dan tanggungjawab kitalah eksistensi atau keberadaan lembaga pendidikan. Semoga setiap kita merasa memiliki “sense of belonging” terhadap sekolah. Sekolah adalah “dapur” kita, lahan dan ladang kita yang harus kita olah dan kita rawat dengan baik dengan cara bersinergi ataupun berkolaborasi secara sehat, mewujudkan sekolah yang berkualitas. Mengingat peran penting kita dalam mendidik dan mengajar atau membelajarkan peserta didik di zaman digital ini, maka kita dituntut untuk lebih kreatif, dan inovatif, dalam membelajarkan peserta didik. Jangan pernah takut akan perubahan, sebab perubahan merupakan bagian dari perziarahan kita dalam dunia pendidikan. Pendidik yang berkualitas, profesional dan berkompeten, pasti tertular juga kepada peserta didiknya.
Dari sinilah embrio sekolah yang berkualitas dilahirkan. Dan melalui promosi hidup para guru sebagai garda terdepan, mulai dari dalam kelas saat KBM sampai di luar kelas, maka peserta didik sebagai corong promosi sekolah, akan berAKSI dan berSAKSI sesuai pengalaman mereka di sekolah. Semoga sekolah kita, menjadi pilihan orangtua, masyarakat pengguna jasa kita. SELAMAT BERJUANG! TUHAN BERSAMA KITA. AMIN.