mediasumatera.id – Para Suster dan Pastor Warga Negara Indoneesia (WNI) yang berada di Vatikan untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu tahun 2024 dilaksanakan di KBRI Takhta Suci, diselenggarakan lebih awal sesuai dengan UU Pemilu, yakni Sabtu 10 Februari. Sedang pemungutan suara di Indonesia akan digelar secara serentak 14 Februari 2024. Walaupun hujan deras yang turun di Roma sejak dini hari, tidak menyurutkan langkah dan semangat Duta Besar RI di Vatikan Trias Kuncahyono kepada ngopibareng.id mengatakan bahwa pemilih di KBRI Vatikan adalah para biarawan dan biarawati asal Indonesia yang berkarya dan sedang sekolah di seluruh wilayah Italia. Jumlah mereka lebih dari 1600-an, tapi yang terdaftar sebagai pemilih tetap 1601 orang.
Pemungutan suara diselenggarakan di dua TPS: Kompleks KBRI Takhta Suci di Roma dan di Napoli. Tapi ada yang memilih metode lewat pos. Setelah persiapan dan pengecekan kotak suara dan surat suara yang dipimpin KPPSLN Romo Alponsus Zeno Kurniawan disaksikan Ketua PPLN Romo Antonius Setyaherawan, para anggota PPLN dan masyarakat, pencoblosan dilakukan tepat pukul 09.00 yang didahului oleh Duta Besar Trias Kuncahyono dan keluarga.
Para suster dan pastor terlihat antre dengan tertib untuk memberikan suaranya untuk calon presiden, wakil dan anggota legislatif pilihan mereka. Mereka menjatuhkan pilihannya sesuai dengan suara hati nuraninya, setelah mendapat banyak informasi terutama lewat media sosial. “Mereka menjadikan hari Pemilu sebagai ajang reuni dan temu kangen. Sehingga suasananya meriah, cair, menyenangkan, guyub, benar-benar sebuah pesta demokrasi,” ujar Trias Kuncahyono.
Makanan kecil, minuman ringan dan mi goreng yang disediakan oleh Wisma KBRI, ikut melengkapi suasana yang guyub ini. Ada sekelompok suster harus menempuh hampir lima jam perjalanan dengan mobil untuk mencoblos. Mereka diantar Suster Kepalanya warga negara Italia berusia 72 tahun yang sekaligus menjadi pengemudi mobil mereka. Salah seorang pemilihnya adalah Suster Martha Driscoll berasal dari New York tapi sudah menjadi WNI sejak tahun 2012 dan berkarya di Indonesia sejak tahun 1987. Suster Martha pendiri biara para suster kontemplatif di Gedono, Jawa Tengah. “Kita harus memilih pemimpin yang baik untuk Indonesia,” pesan Suster Martha setelah keluar dari bilik suara.