Minggu, 15 September 2024

Paus Fransiskus Menghargai Komunitas Lintas Agama, dan Mendorong Persaudaraan Untuk Terus Dirawat Serta Dikembangkan

Paus Fransiskus Menghargai Komunitas Lintas Agama, dan Mendorong Persaudaraan Untuk Terus Dirawat Serta Dikembangkan

Jakarta, mediasumatera.id – Mengapa kehadiran fisik Paus Fransiskus begitu penting bagi Indonesia? Kardinal Mgr Ignatius Suhario menjelaskan jawabannya sederhana bahwa sama seperti anak-anak yang menginginkan seorang ayah, umat Katolik di Indonesia juga menginginkan seorang pemimpin. Jika kita melihatnya dalam konteks Indonesia yang lebih luas, ada beberapa hal yang bisa kita lihat. Indonesia telah memiliki hubungan yang sangat baik dengan Vatikan selama bertahun-tahun.

Realese Komsos KWI menyebutkan bahwa pada awal tahun 1947 sudah ada perwakilan Vatikan di Indonesia, namun sekarang hubungan tersebut telah menjadi Kedutaan Besar. Jika Anda ingat film “Sugiyo Pranoto” yang rilis pada tahun 2012, Anda pernah melihat bagaimana Sugiyo Pranoto menulis surat kepada pimpinan Gereja Katolik di Vatikan meminta segera pengakuan kemerdekaan Indonesia. Vatikan merupakan salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia dan kedatangan Paus namun, ini merupakan ketiga kalinya hubungan baik antara Indonesia dan Vatikan terkonfirmasi. Paus Fransiskus juga ingin melihat perkembangan Gereja Indonesia.

Dalam semboyan “Iman, Persaudaraan, Kasih Sayang” yang merupakan usulan Konferensi Waligereja Indonesia dan mencerminkan dinamika kehidupan Gereja Indonesia yang bertujuan untuk bertumbuh dalam iman, dan salah satu indikator iman adalah persaudaraan. Manusia, apapun dia, adalah gambaran Tuhan. Kekuatan pendorongnya adalah keyakinan menciptakan persaudaraan antaragama dan mendorong rasa kasih sayang dan gerakan. berharap akan ada lebih banyak gerakan yang menjadi tanda harapan.

Cita-cita Indonesia untuk hidup rukun sangatlah menarik dan patut untuk lebih dikenal di seluruh dunia. Simboliknya adalah Masjid Istiqlal dan Katedral Jakarta. Melihat hal tersebut kita teringat akan sejarah negara kita, sejarah berdirinya Masjid Istiqlal, saat rencana pembangunan lokasi ini, Presiden Sukarno dan Muhammad Hatta berdiskusi mengenai lokasi pembangunan masjid negara. Muhammad Hatta memilih tempat di mana orang akan tinggal, sama seperti orang yang akan datang ketika dia membangun masjid. Sukarno tidak melakukan hal tersebut dan memilih opsi saat ini, membangun masjid negara di tempat yang tidak ada penduduknya. Salah satu alasannya adalah Masjid Istiklal berada di sebelah katedral. Hal ini bukanlah suatu kebetulan, melainkan suatu pilihan yang disengaja, karena lambang ini melambangkan kehidupan yang rukun, cita-cita hidup rukun dalam satu bangsa, Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Baca Juga :  Israel akan Bubarkan Parlemen, Mengadakan Pemilihan Kelima dalam Tiga Tahun

Paus Fransiskus menghormati negara kita, bangsa kita dan, tentu saja, komunitas antaragama kita, dan beliau menghargai persaudaraan tersebut dan ingin memajukannya guna melestarikan dan terus mengembangkannya. Secara khusus, Vatikan ingin belajar banyak tentang Islam di Indonesia. Oleh karena itu, banyak pemimpin Islam Indonesia yang sering diundang dan diharapkan menjadi pembicara di acara-acara di Vatikan. Islam di Indonesia berbeda dengan Islam di Pakistan atau Timur Tengah, misalnya yang hari raya semua agama baik Islam, Hindu, Budha, dan agama lainnya disambut dengan ucapan selamat yang menjadi dialog. Ia ingin menghormati dan mempererat hubungan baik tersebut dengan kehadirannya.