Sabtu, 14 Desember 2024

Ekspresi Data: Renungan Politik Elektoral 2023 PALING BANYAK DIKECAM, TAPI MALAH BERSINAR

Ekspresi Data: Renungan Politik Elektoral 2023 PALING BANYAK DIKECAM, TAPI MALAH BERSINAR

mediasumatera.id – Bagaimana kita menjelaskan fenomena Gibran Rakabuming Raka? Di antara enam tokoh capres dan cawapres, tidak ada yang lebih dikecam dan diserang lebih dari Gibran.

Namun hasilnya? Gibran justru semakin menjulang dan bersinar.

Mari kita mulai dengan berita dan data yang dapat dilacak jejak digitalnya. Contoh judul beritanya: “Gibran Rakabuming Raka anak haram Mahkamah Konstitusi.”

Judul berita lainnya: “Bahaya Dinasti Jokowi.” Bahkan yang ini lebih keras, Gibran dianggap cermin dari Neo Orde Baru. Ini kecaman langsung dari pimpinan partai Gibran sendiri, PDIP.

Namun apa efek elektoralnya? Di akhir November dan awal Desember 2023, banyak lembaga survei termasuk LSI Denny JA menyatakan, “Jika tidak ada blunder besar, Prabowo Gibran berpotensi menang dalam pemilu presiden 2024.”

Gibran malah lebih dipilih, mengalahkan kompetitornya dengan selisih yang lebih besar.

Tentu tidak semua tokoh yang dikecam membuat tokoh itu malah menjulang dan bersinar. Untuk kasus Gibran, ini terjadi karena bekerjanya tiga variabel.

Pertama, Gibran sudah memiliki potensi elektoral yang sangat besar. Ini dapat dibaca melalui data survei opini publik.

Jauh sebelum putusan Mahkamah Konstitusi soal batas usia capres-cawapres pada bulan Oktober, konferensi pers LSI Denny JA berlangsung pada bulan Agustus 2023. Ini sekitar dua bulan sebelum putusan MK.

Pada bulan Agustus 2023, LSI Denny JA telah mengumumkan bahwa Gibran adalah cawapres yang bisa memenangkan Pilpres jika berdampingan dengan Prabowo Subianto.

Berikut adalah beberapa judul berita yang muncul pada bulan Agustus 2023: “Survei LSI Denny JA: Prabowo Gibran berpotensi menang di 2024.”

Lebih lanjut, berita lainnya: “Survei LSI Denny JA: Duet Prabowo-Gibran tak tertandingi di banyak segmen pemilih.”

Baca Juga :  Drs Gandi Parapa Ketua PMPHI Sumut Menilai Megawati Bangga Melihat Kinerja Andika Perkasa

Konferensi pers itu sudah menyatakan potensi elektoral Gibran yang besar. Tiga kantong suara besar dapat diambil oleh kehadiran Gibran sebagai cawapres.

Yakni, pemilih milenial karena Gibran satu-satunya tokoh wakil generasi milenial yang ikut dalam pertarungan capres-cawapres. Total suara milenial untuk pemilih Indonesia di tahun 2024 sekitar 50%.

Kantong suara lainnya adalah pemilih yang puas dengan kinerja Jokowi. Gibran teridentifikasi paling kuat dengan Jokowi karena ia putranya. Total populasi yang puas dengan Jokowi, sekitar 75% sampai 80%.

Kantong suara lainnya adalah pemilih di Jawa Tengah. Inilah benteng dari Ganjar Pranowo yang merupakan kompetitor utama dari Prabowo.

Di wilayah itu, Gibran berpotensi mengurangi dominasi Ganjar di Jawa Tengah. Total pemilih Jawa Tengah sendiri adalah 14% suara.

Variabel kedua yang dapat membuat Gibran menjulang dan bersinar, walau dikecam, adalah soal rasio. Jumlah yang menyukai Gibran HARUS MINIMAL tiga kali lipat dari jumlah pembenci Gibran.

Peminat Gibran (Gibran Lovers) harus minimal tiga kali lebih banyak dibanding pembenci Gibran (Gibran Haters). Itu kunci bagi tokoh kontroversial untuk bisa menang dalam pemilu presiden atau pilkada.

Survei LSI Denny JA menunjukkan pada bulan Desember 2023, peminat Gibran sebanyak 78%. Sementara yang tidak suka atau sangat tidak suka, yaitu pembenci Gibran, sebanyak 15%.

Dalam kasus Gibran di atas, yang suka Gibran rasionya bahkan sudah lima kali lipat jumlahnya dibanding pembenci Gibran menurut data bulan Desember 2023.

Ini rasio yang aman untuk membuat Gibran tetap bisa terpilih walaupun jumlah pembenci juga cukup banyak.

Variabel ketiga, yang membuat Gibran berpotensi menjulang, walaupun dikecam, adalah potensi kapasitasnya yang terpendam.

Kapasitas itu terlihat ketika debat cawapres tempo hari. Awalnya, Gibran dipandang sebelah mata, dianggap anak bawang belaka.

Baca Juga :  Bagindo Togar Butar-Butar : Puan Belum Piawai Bahasa Rakyat

Namun dalam fokus group discussion yang diselenggarakan LSI Denny JA, setelah selesai debat cawapres, mayoritas responden riset menyatakan bahwa Gibran dianggap lebih dominan, lebih memukau, lebih dianggap menang dalam debat cawapres itu.

Bahkan survei dari Indikator menyatakan Gibran menang telak dalam debat cawapres. Lebih dari 50% responden menganggap Gibran memenangkan debat.

Fenomena Gibran menjadi renungan politik sangat berharga di ujung tahun 2023. Tokoh yang paling banyak dikecam, paling keras diserang, justru menjadi tokoh yang paling bersinar, tokoh yang paling menjulang, setelah Prabowo Subianto.