Senin, 14 Oktober 2024

NUSANTARA BARU INDONESIA MAJU

NUSANTARA BARU INDONESIA MAJU

mediasumatera.id  “Kemerdekaan tidak diberikan begitu saja oleh pihak penindas, karena itu sang tertindaslah yang harus memperjuangkannya.” … Martin Luther King

“Perjuangan kita untuk kemerdekaan dan keadilan merupakan usaha kolektif. Ada di tangan kalian untuk menciptakan dunia yang lebih baik bagi semua orang yang hidup di dalamnya.” – Nelson Mandela

Demikianlah tema HUT ke-79 RI tahun 2024, yang telah diluncurkan oleh pemerintah. Tema itu dipilih bertepatan dengan tiga momen penting, yakni menyongsong Ibu Kota Baru, pergantian presiden, serta menuju Indonesia Emas 2045. Ketiga momen ini merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, dengan goalnya adalah: Indonesia Emas 2045. Pertanyaannya adalah ada apa dengan Indonesia Emas 2045? Bahwa pada tahun 2045 mendatang, Indonesia akan genap berusia 100 tahun alias satu abad. Pada tahun 2045 tersebut, ditargetkan Indonesia sudah menjadi negara maju, modern, dan sejajar dengan negara-negara adidaya di dunia. Bukan hanya target di awang=awang, tetapi harus ada usaha yang terus diupayakan agar bisa sampai ke sana. Inilah yang jadi salah satu alasan munculnya ide, wacana, dan gagasan Generasi Emas 2045. Artinya usia 100 tahun itu Indonesia akan mengalami usia emas, usia dimana masyarakatnya maju dan berkembang, serta hidupnya sejahtera lahir dan batin. pada tahun itu. Hal ini, dituangkan melalui empat pilar visi Indonesia Emas 2045 yang dibangun sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pilar-pilar tersebut antara lain: (1) Pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi; (2) Pembangunan ekonomi berkelanjutan; (3) Pemerataan pembangunan; (4) Pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola kepemerintahan.

Oleh karena itu, maka tujuan dari keempat pilar tersebut sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, adalah: (1) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; (2) Memajukan kesejahteraan umum; (3) Mencerdaskan kehidupan bangsa; (4) Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Inilah makna Indonesia Emas 2045. Dan untuk mencapai itu, perlu persiapan dari saat ini, serta perlu kolaborasi dan komitmen bersama yang kuat, dari semua elemen, atau ekosistem atau anak bangsa, baik pemerintah, masyarakat, terlebih generasi muda dan atau generasi emas.

Dan salah satu persiapan menyonsong Indonesia Emas 2045 adalah Nusantara, yang tidak lain adalah ibu kota baru Indonesia. Sebab konsep pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, dilakukan dengan mengusung konsep green city atau kota yang berkelanjutan. Salah satunya adalah pembangunan gedung yang menerapkan unsur green building atau bangunan ramah lingkungan.  Dan jika, konsep ini  benar-benar terwujud, maka ibu kota negara, yakni Nusantara akan menjadi kota modern, dan maju. Juga sudah tentu, wajah negara kita Indonesia akan mengalami transformasi secara fisik. Namun, harapannya tidak hanya fisik tetapi juga mental manusianya atau karakter manusianya, yang beriman, beradab, berbudaya dan berkualitas. Inilah menurut hemat saya yang paling penting, bukan hanya sekedar ada bangsa atau ada negara.  Sebab, sebuah bangsa atau negara ada karena ada manusianya. Tetapi, yang diharapkan adalah manusia yang memperlakukan sesama manusia sebagai teman, sebagai sahabat, sebagai satu keluarga, walau berbeda agama, suku dan budaya, ras, atau homo homini socius.  Tak bisa dipungkiri bahwa kita diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial atau oleh Aristoteles menyebutnya dengan istilah Zoon Politicon yakni makhluk sosial, makhluk yang selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Tidak hanya sebagai makhluk sosial, tetapi juga sebagai makhluk mulia yang memiliki akal budi, yang membedakan dengan ciptaan Allah yang lainnya. Oleh karena itu, dalam berinteraksi dengan sesama, maka akal budi dan adab harus diperhatikan, sebab kalau tidak atau kurang menggunakan akal budi dan kurang beradab, maka kita tidak ada bedanya dengan hewan atau binatang. Dengan demikian, Zoon Politicon yang merupakan sebuah istilah yang digunakan oleh Aristoteles, dari kata Zoon yang berarti “hewan” dan Politicon yang berarti “bermasyarakat”, akan secara harafiah berarti hewan yang  tidak atau kurang berakal budi dan kutang beradab, yang bermasyarakat. Jika ini yang terjadi, maka wajah Nusantara baru dan Indonesia maju hanya sekedar slogan semata.

Baca Juga :  Kunjungi Kodim 0204/DS, Danrem 022/PT Motivasi Babinsa Tingkatkan Prestasi

Oleh karena itu, bertepatan dengan hut ke – 79 RI, dengan tema: “Nusantara baru, Indonesia maju”, maka harus benar-benar menampakkan wajah Indonesia yang baru, yang tidak hanya karena pemindahan IKN (Ibu Kota Negara) baru Nusantara, melainkan warganya harus lebih beriman (toleran), beradab (berkarakter/beretika), berbudaya (berestetika), dan berkualitas (cerdas). Inilah pesan tersembunyi dari angka 79 dalam filosofi jawa, yakni 7 (Pitu) = Sinangga (menjaga/menjunjung tinggi derajat dan kehormatan), dll. Dan 9 (Songo) = Nawa (semangat dan simbol kemuliaan), Hanggatra (kesempurnaan), Bunga (keindahan), dll. Dan bukan suatu kebetulan, jika peringatan hut ke-79 RI, dilangsungkan di IKN baru Nusantara, tetapi menandai dimulainya era baru (new era) untuk Indonesia, yakni tidak lama lagi Ibu Kota Negara (IKN) baru Nusantara, yang terletak di Kalimantan Timur, yaitu di sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara, dan di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara, untuk menggantikan Jakarta sebagai Ibu Kota.

Pertanyaannya adalah mengapa Nusantara dipilih sebagai nama Ibu Kota Negara? Nusantara adalah kata yang digunakan oleh orang Indonesia untuk menggambarkan pulau-pulau dari Sabang sampai Merauke. Atau dari Miangas sampai pulau Rote. Kata Nusantara juga, sering diucapkan dan didengar dari berbagai sumber, seperti televisi, media sosial, media cetak, dan lain-lain. Namun, secara etimologi kata “nusantara” berasal dari dua bahasa Sansekerta, yaitu  “nusa” yang berarti pulau dan  “antara” yang berarti di antara. Menurut banyak ilmuan Indonesia, kata Nusantara pertama, bukan berasal dari Patih Gajah Mada, melainkan dari Raja Kertanegara dari Kerajaan Singasari. Saat itu, Kertanegara memperkenalkan konsep Cakrawala Mandala Dwipantara, yang  dalam bahasa Sansekerta, kata “Dwipa” memiliki arti yang sama dengan kata “nusa” yang berarti pulau dan kata “antara” yang memiliki arti yang sama dengan kata “antara”. dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, secara umum kata tersebut berarti “pulau-pulau perantara”. Arti frasa “pulau perantara” sama dengan makna kata “Nusantara”. Sedangkan etimologi kata “Indonesia” berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu Indus yang merujuk kepada sungai indus di India dan nesos yang berarti “pulau”.

Baca Juga :  UKMC Memberikan Inovasi Tata Ruang Baru pada Interior Gereja Santo Petrus Palembang

Jadi, kata Indonesia berarti wilayah Hindia kepulauan, atau kepulauan yang berada di Hindia, yang menunjukkan bahwa nama ini terbentuk jauh sebelum Indonesia menjadi negara berdaulat. Dan seorang etnolog berkebangsaan Inggris bernama, George Earl, awalnya mengusulkan istilah Indunesia dan Malayunesia untuk penduduk “Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu”. Namun, murid dari Earl, yang bernama James Richardson Logan, menggunakan kata Indonesia sebagai sinonim dari Kepulauan India. Dan Adolf Bastian dari Universitas Berlin-lah  yang memasyarakatkan nama Indonesia ini, melalui bukunya  Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipels, pada tahun 1884–1894. Sedangkan pelajar Indonesia pertama yang menggunakannya ialah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), yaitu ketika ia mendirikan kantor berita di Belanda yang bernama Indonesisch Pers Bureau pada tahun 1913.

Jadi, selain pemindahan Ibu Kota Jakarta ke Nusantara sebagai IKN baru, yang menandai era baru (new era), juga pada bulan Oktober tahun 2024, akan terjadi pergantian sekaligus pelantikan presiden dan wakil presiden Indinesia, dari Joko Widodo dan M Jusuf Kalla dan Ma’ruf Amin (2014-2024), ke presiden dan wakil presiden terpilih (2024 – 2029), yakni Prabowo Subianto Djojohadikusumo dan Gibran Rakabuming Raka.  Di masa pemerintahan presiden Joko Widodo, telah meletakan dan memulai wajah Nasantara baru Indonesia maju. Maka harapannya di masa pemerintahan presiden Prabowo Subianto, harus bisa melanjutkannya dengan baik, sehingga ada kesinambungan. Dengan demikian, Nusantara baru Indonesia maju, bisa terwujud dengan baik, dan lebih maju dari yang saat ini.

Akhirnya, hut ke-79 RI di IKN baru Nusantara, selain menandai era baru (new era) pemindahan Jakarta Ibu Kota, pergantian presiden, juga menuju Indonesia Emas 2045, yang merupakan tujuan akhir, yakni Negara Nusantara yang makmur, bertumbuh secara berkelanjutan, dan inklusif. Hal ini sesuai dengan Visi Indonesia Emas 2045, yakni Terwujudnya Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat, maju, adil, dan makmur pada tahun 2045. Tujuan dari gagasan ini, ditargetkan pada tahun 2045, bertepatan dengan peringatan 100 tahun kemerdekaan Indonesia. Pada tahun tersebut, diharapkan Indonesia sudah menjadi negara maju, modern, dan sejajar dengan negara-negara adidaya di dunia. Bukan hanya harapan kosong, tetapi ada usaha yang terus diupayakan agar bisa mencapai itu, yakni menyiapkan Generasi Emas 2045. Apalagi pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia 70 %-nya dalam usia produktif (15-64 tahun).

Baca Juga :  Elektabilitas Prabowo Subianto dan Erick Thohir Tinggi, Pengamat: Mereka Dinilai Baik oleh Masyarakat

Jika bonus demografi ini tidak dimanfaatkan dengan baik, maka akan membawa dampak buruk terutama masalah sosial, seperti kemiskinan, kesehatan yang rendah, pengangguran, dan tingkat kriminalitas yang tinggi.

Oleh karens itu, momentum hut ke-79 RI dengan tema: “Nusantara Baru Indonesia Maju, harus menjadi starting point (titik start) menuju Indonesia Emas 2045. Untuk itu, diperlukan keyakinan bersama sebagai sebuah bangsa. Sebab, kalau bukan kita siapa lagi, dan kalau bukan sekarang saatnya, kapan lagi?. Jadi, Nusantara Baru Indonesia Maju, yang merupakan tema: hut ke-79 RI, kiranya tidak hanya sebagai slogan, melainkan menjadi spirit baru anak bangsa, khususnya generasi emas dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Penutup

 “Negara Republik Indonesia ini bukan milik suatu golongan, bukan milik suatu agama, bukan milik suatu suku, bukan juga milik suatu adat istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke.” …Ir. Soekarno

 “Kita harus bersatu, karena hanya dengan persatuan kita bisa mencapai kemerdekaan dan kemajuan.” -Ki Hajar Dewantara

Nusantara Baru Indonesia Maju, demikian tema: hut ke-79 RI ditahun 2024. Tema ini, harus dapat memacu semua anak bangsa, untuk bersama-sama bergerak dan bergerak bersama-sama mewujudkannya. Dengan meminjam kata-kata F Kenedy, Presiden Amerika Serikat ke-35, yang mengatakan: “jangan tanya apa yang dilakukan oleh negara untuk kita, tetapi tanyakanlah apa yang kita bisa lakukan untuk negara”. Dengan kata-kata ini mau menegaskan suatu komitmen sebagai anak bangsa, bahwa kita tidak hanya sebagai penonton yang hanya menuntut, melainkan pelaku yang proaktif untuk mewujdkan Nusantara Baru Indonesia Maju, sesuai dengan kompetensi, keterampilan yang kita miliki.

Akhirnya, mari kita bersatu, karena hanya dengan persatuan kita bisa mencapai Nusantara Baru Indonesia Maju. senada dengan kata-kata Ki Hajar Dewantara di atas. SEMOGA DEMIKIAN!!!