Media Sumatera, Online. Palembang – Ajun Komisaris Polisi (AKP) Dwi Angga Cesario, SIK, MSi, menjadi satu-satunya Kapolsek termuda di wilayah hukum Polrestabes Palembang, dengan umurnya 29 tahun.
Pria kelahiran Kabupaten Sleman, Yogyakarta 8 Februari 1993 kini menjabat sebagai Kapolsek Kalidoni Palembang, sejak Maret 2022 lalu.
Suatu kebanggaan tersendiri dari pria Lulusan Akademi Polisi (Akpol) tahun 2013 ini yakni pernah dikirim ke Sudan, Afrika Bagian Utara dalam mengemban misi perdamaian anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dari tahun 2020 hingga 2022.
“Jadi di PBB itu, saya dari September 2020. Berangkat bersama 140 orang hasil seleksi 600 orang di Mabes Polri,” jelas AKP Dwi Angga Cesario, SIK, MSi, saat ditemui di ruang kerjanya, pada Kamis (27/10/2022) sore.
Anak kedua dari tiga bersaudara ini menyebutkan, kondisi di Sudan, Afrika Bagian Utara kala itu sedang terjadi konflik internal yang sudah mengarah perang antar suku dan pemberantasan etnis.
“Banyak korban meninggal dunia, orang-orang tidak berdosa menjadi korbannya. Jadi, tahun 2008 PBB turun ke sana (Sudan) membentuk misi perdamaian,” terangnya.
Suami dari Varadita Febri Damayanti ini juga mengatakan dia bersama 140 anggota Polri lainnya menjadi pasukan perdamaian terakhir.
“Misi dianggap selesai. Saya dan 140 orang merupakan pasukan Indonesia terakhir yang cabut dari situ diikuti dengan yang lain. Setelah itu tidak ada lagi,” ungkap putra dari pasangan Toto Ujianto dan Sukaryati ini.
Lanjut ayah dari Salmahira Antara Maesayu ini, banyak pengalaman menarik serta ilmu yang didapat selama satu tahun menjadi anggota Satuan Tugas Garuda Bhayangkara II di Sudan. Di antaranya mendapatkan ilmu manajemen serta cara kerja pasukan perdamaian PBB.
“Pastinya, pengalaman berharga yang tidak saya dapatkan selama berdinas di dalam negeri, karena situasi berbeda, tempat dinas berbeda, di sana sedang konflik. Semoga apa yang saya dapatkan, ilmu-ilmu bermanfaat selama di Sudan, dapat saya terapkan selama berdinas di Polri maupun saat menjabat sebagai Kapolsek Kalidoni,” jelas mantan Kasat Intelkam Polres OKU Selatan.
Selain itu, pria yang gemar dengan olahraga sepakbola ini mendapatkan juga pengalaman yang tak pernah terlupakan semasa hidupnya. Di mana, dia bersama rekannya menjadi pasukan terakhir yang harus berpindah-pindah lokasi untuk menyebarkan virus perdamaian.
“Waktu itu dari Golo, nama daerahnya ke ibu kota misi. Kalau normal, biasanya berpindah menggunakan helikopter dan hanya memakan waktu 1,5 jam. Karena konflik kita harus konvoi darat. Jaraknya itu 300 kilometer, kita tempuh dengan waktu enam hari enam malam. Bisa bayangkan medan di Afrika, bagaimana. Kalau di Indonesia, bisa berhenti di rest area, bisa tidur di hotel,” pungkasnya.