Palembang, mediasumatera.id – Bersama RD Agustinus Giman Ketua Komisi Kateketik Keuskupan Agung Palembang, Komunitas Evangelisasi Pribadi ( KEP) KaPal pada Jumat (12/7/2024) dilaksanakan gathetring dan reuni alumni KEP. Setelah diawali perayaan ekaristi dilanjutkan pngajaran iman dan sharing iman di Aula Gereja St Yoseph Jln Jendral Sudirman Palembang.
Frans de Sales Billy Jaya salah satu panitia acara pada pengantarnya menyampaikan bahwa Evangelisasi hendaknya menjadi aktivitas Gereja yang terjadi secara terus-menerus di lingkungan mana pun yang menungkinkan karya keselamatan Allah dapat berlangsung,. Belajar dari Yesus Sang Guru dan Evangelis sejati, umat terkasih dapat menimba bagaimana evangelisasi dapat diwujudkan sesuai dengan harapan Gereja.
Romo Gono dalam sambutannya pembukaan cara gatheting dan temu alumni komunitas evangelisasi KaPal mengatakan jika keluarga diharapkan sungguh menjadi jantung dan persemaian nilai-nilai hidup dan kristiani, karena dari keluarga diharapkan lahir orang-orang yang mengalami dan kemudian mewartakan kabar gembira, mewajibkan para bapak dan ibu untuk aktif mengikuti Kursus Evangelisasi Keluarga, Program Catholic Wise Woman (WW) atau Wanita Bijak, Catholic Men’s Ministry (CMM) atau Camp Priskat (Pria Sejati Katolik), Marriage Encounter (ME).
Romo Agustinus Giman ketua komisi kateketik Keuskupan Agung Palembang dalam materi diskusinya menyampaikan jika dewasa ini keluarga-keluarga menghadapi berbagai tantangan yang tidak mudah. Intervensi budaya global yang konsumeristis, hedonistis, hati yang tamak dan mengejar kesenangan sembrono dan hati nurani yang tumpul di mana seringkali menjebak keluarga-keluarga pada pola hidup yang artificial (palsu, tiruan). Hal tersebut mengakibatkan suara Allah tidak terdengar, suka cita kasih-Nya tidak dirasakan dan keinginan berbuat baik menghilang, pada hal substansi keluarga adalah sebagai tempat dibangunnya kehangatan relasi antar pribadi, dimana jiwa solider dan jiwa berkorban ditanamkan.
Romo Giman lebih lanjut menyampaikan keteladanan iman ditanam dan rasa syukur ditumbuhkembangkan, pola hidup sederhana dibiasakan. Namun semuanya ini perlahan tergusur oleh pola berpikir yang sangat teknikal di mana uang dan fasilitas seolah jadi takaran dan penentu kebahagiaan keluarga. Berharap para evangelis dapat memperkuat komunitas lokal dengan mengambil contoh seperti Tsen On Ngie seorang evangelis sebagi sinshr di Pulau Bangka (1849), para guru yaitu guruiman dan guru kehidupan serta katekis awam Petrus Cheong Palembang (1942).