Sabtu, 14 Desember 2024

Prof Jhonson Lumban Gaol dari IPB University meneliti Ikan Red Devil yang resahkan nelayan danau Toba

Prof Jhonson Lumban Gaol dari IPB University meneliti Ikan Red Devil yang resahkan nelayan danau Toba

mediasumatera.id – Populasi ikan red devil atau tayo-tayo di perairan Danau Toba ditengarai telah menyebar luas hampir di seluruh perairan Danau Toba, Sumatera Utara. Ledakan populasi ikan invansif itu telah meresahkan masyarakat nelayan di pinggiran Danau Toba.

Tim dosen IPB University dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) melalui program Dosen Pulang Kampung (Dospulkam) 2024 melakukan penelitian distribusi dan kelimpahan populasi ikan red devil itu pada bulan April 2024 hingga Oktober. Survei distribusi ikan red devil meliputi lima kabupaten, yaitu Kabupaten Toba, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, dan Simalungun.

Penelitian tim dosen yang beranggotakan Prof. Jonson Lumban-Gaol, Charles PH Simanjuntak, Prof. Vincentius V. Siregar, dan Dinar Tri Soelistyowati itu merupakan upaya awal untuk mengendalikan populasinya.

Ikan yang ditemukan selama survei terdiri atas tujuh spesies dari lima famili. Ikan yang paling melimpah dan dominan ditemukan di seluruh lokasi sampling adalah ikan red devil (Amphilophus citrinellus) dari berbagai ukuran.

“Temuan kami mengindikasikan ikan red devil telah mampu mengembangkan populasinya secara masif di perairan Danau Toba. Padahal itu bukan ikan asli (alien species) Danau Toba, karena berasal dari Nicaragua,” jelas Charles yang merupakan Ichthyologist dari FPIK IPB dalam siaran tertulis yang diterima Wanaloka.com, Kamis, 24 Oktober 2024.

Selama penelitian, tim Dosen FPIK ini juga menemukan spesies ikan asli Danau Toba, seperti ikan batak (Neolissochilus soro) dan ikan Indosiar (Glossogobius giuris). Bahkan satu spesies ikan yang pernah menjadi primadona pada kurun waktu 2003-2013, yakni ikan Mystacoleucus padangensis atau disebut juga ikan pora-pora, berhasil ditemukan di beberapa anak sungai (inlet Danau Toba).

“Padahal ikan ini dianggap telah punah di Danau Toba semenjak tahun 2016,” ungkap Charles.

Baca Juga :  Pelepasan Purnabakti Pengawas SMK Sumsel Dihadiri Oleh Kadiknas Provinsi Sumsel H. Riza Pahlevi

Populasi ikan red devil yang melimpah dan menyebar luas di perairan Danau Toba disebabkan beberapa alasan. Pertama, tidak ada predator alami spesies ini di Danau Toba yang mengendalikan populasi ikan red devil.

Kedua, ikan red devil bersifat omnivora (pemakan segala) dan cenderung karnivora, sehingga dapat memanfaatkan semua relung makanan yang tersedia. Bahkan spesies ini ditemukan mengonsumsi anak-anak spesies ikan lainnya.

Ketiga, ikan red devil bersifat agresif, membangun teritori, menjaga sarangnya dan memijah sepanjang tahun. Alhasil membuat rekrutmen ikan ini sangat cepat.

Keempat, masyarakat di sekitar Danau Toba tidak terlalu menggemari ikan ini karena durinya tajam dan dagingnya tipis. Ikan itu lebih banyak ditangkap untuk dijadikan pakan ternak. Akibatnya, tingkat pertumbuhan populasi ikan red devil terus menanjak naik karena kurang penangkapan (fishing effort).

Kelima, sampai saat ini, pemanfaatan ikan red devil menjadi bahan makanan berupa produk olahan seperti bakso ikan dan kerupuk ikan masih sangat terbatas.

“Penelitian ini masih studi pendahuluan. Kami sudah merancang kajian berikutnya yang bukan saja fokus kepada aspek bio-ekologi ikan red devil,” terang Charles.

Melainkan juga melakukan kajian pengendalian populasi ikan red devil, interaksi antar populasi ikan penghuni Danau Toba saat ini, dan pemanfaatan ikan red devil untuk meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan di sekitar Danau Toba.

Dosen FPIK melihat, bahwa ikan red devil dapat dimanfaatkan menjadi bahan makanan sumber protein hewani untuk mengurangi angka stunting anak-anak di sekitar Danau Toba.(*)