Medan, mediasumatera.id – Korwil Pusat Monitoring Politik Hukum Indonesia (PMPHI) Sumut Drs Gandi Parapat mengakui, Alm Drs Rudolf M Pardede tidak malu sebagai Kristen, dimanapun dia selalu bersyukur atas Pemberian Tuhan.
“Hal itu saya buktikan, ketika saya mendampingi Menhut MS Kaban kunjungan ke Madina, pada saat itu Rudolf Pardede mewakili Gubsu,” kata Gandi Parapat kepada wartawan, Senin (3/7/2023).
Pada saat makan di rumah dinas Bupati Madina, lanjut Gandi, almarhum pak Rudolf Pardede yang saat itu Wagusu melipat tangan sujud berdoa. “Habis makan saya ditanya. Kau Kristen ya, kenapa kau tidak berdoa ?. Saya terdiam karena malu tidak berdoa, dia bilang jangan malu bersyukur kepada Tuhan yang melindungi kita,” jelas Gandi.
Selain itu, kenang Gandi, Alm Rudolf Pardede dikatakan orang pelit, dijuluki Ucok. Setelah Wagubsu dan Gubsu gelar “Ucok” semakin populer karena dia polos berkata sejujurnya, kesemua orang tidak ada beban.
“Karena dia bukan latar belakang birokkrasi, pernah bertanya kepada PNS. Kau sekarang eselon berapa, langsung dijawab dengan senang oleh PNS, Ya pak eselon tiga, ok baik baik kau ya nanti saya angkat kau eselon empat. Karena dalam pangkat seperti misalnya bintang dua akan naik ke bintang tiga. Si PNS gelisa sampai dirumah cerita ke istrinya. Mama matilah aku, saya akan dibuat Gubsu Rudolf menjadi eselon empat, karena saya bilang saya eselon 3 dan akan mengangkat menjadi eselon empat dan disuruh saya baik baik,” jelasnya.
Hal seperti itulah, kata Gandi, yang membuat gelar Rudolf Pardede menjadi “Ucok”. “Jadi sebutan dan pengertian bisa beda tapi bukan tujuan jelek, berbicara kasar, bukan tujuan kasar. Persamaan Rudolf dengan Syamsul Arifin, polos mau bertanya untuk kebaikan, tidak dendam, persoalan cepat diselesaikan,” tambahnya.
Dalam kurun waktu kurang lebih sepuluh tahun, kata Gandi, pengusaha suku Batak dipanggil Tuhan, kedua tokoh Pengusaha itu menjadi inspirasi bagi Gandi. “Pertama DL Sitorus yang pekerja keras mulai dari nol sampai dihitung pemerintah. Saya berkunjung ke LP Subang siang hari. ‘Naung mangan do ho tulang (apa sudah makan tulang), mangan ma hita (makan lah kita). Kami berdua sama sama makan dengan ikan densis/gembung, daun ubi, berdoa oleh DL,” jelasnya.
Selanjutnya, makanan yang ada di piring DL Sitorus semua dihabiskan, makanan dipiring Gandi tidak habis karena katanya dia malu. “Tapi dengan tenang DL Sitorus menyuruh agar saya habiskan yang dipiring saya, Tuhan sudah baik memberi makanan kepada kita jangan kita buang nanti bisa tak dikasih lagi,” kata Gandi, menirukan apa yang disampaikan DL Sitorus.
Keluar dari ruangan DL Sitorus, lanjut Gandi, dirinya mengajak supir yang membawa Gandi pulang ke Jakarta.
“Dalam perjalanan saya merenung dan saya menangis bercucuran air mata. Supir saya heran dan ketakutan serta bertanya ada apa pak?. Sepanjang jalan saya terdiam dan menangis mengingat dan membayangkan orang kaya raya, bersyukur dan tidak mau membuang pemberian Tuhan. Sementara saya yang miskin tidak bersyukur dan membuang makanan pemberian Tuhan. Malam harinya saya sujud berdoa minta maaf dan perlindungan sama Tuhan,” kata Gandi.
Kedua tokoh DL Sitorus Pengusaha dan Rudolf Pardede, lanjut Gandi, bagi dirinya Pengusaha dan mantan Gubsu itu adalah guru dan inspirator dalam bersyukur kepada Tuhan.
“Untuk ini salam hormat saya kepada Rudolf Pardede, Selamat jalan sampai bertemu di Surga. Namamu dan ajaranmu akan selalu hidup walaupun tubuhmu telah tiada,” kata Gandi, sebagai penghormatan terahir Drs Gandi Parapat, yang saat itu bersama DR Dion Sihombing Akademisi UNIMED.
Gandi dan Dion, pada saat melayat Alm Rudolf M Pardede di Gedung Pardede Hall, Sabtu (1/7/2023), bertemu dengan Rocky Gerung dan sempat ngobrol.
Rocky Gerung kata Gandi, yang sering membuat orang Pintar jadi Bodoh dan yang Bodoh menjadi Pintar tapi bukan membodoh bodohi. “Bagi saya, Rocky Gerung manusia aneh luar biasa,” pungkas Gandi.