Palembang, mediasumatera.id – Pada tahun ini, Korps HMI-Wati (KOHATI) merayakan milad yang ke-58, sebuah perjalanan panjang dalam upaya pemberdayaan perempuan di Indonesia. Di usia yang hampir enam dekade ini, Kohati telah menorehkan banyak jejak penting dalam sejarah gerakan perempuan di Indonesia. Perayaan milad kali ini menjadi momen yang sangat
penting, bukan hanya sebagai ajang peringatan, tetapi sebagai kesempatan untuk menggali kembali jejak perjalanan, merenungkan kontribusi, serta merumuskan langkahlangkah strategis untuk masa depan pemberdayaan perempuan yang lebih progresif.
Meta Firdayanti Ketua Umum Kohati Badko HMI Sumbagsel, mengatakan, Dalam merayakan milad Korps HMI-Wati (KOHATI) ke-58, kesempatan mendalam
untuk menilai perjalanan panjang organisasi keperempuanan ini dan merumuskan arah strategis ke depan. Refleksi ini penting untuk menghargai pencapaian serta mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki. Menggali Jejak: Sejarah Perjuangan Kohati. Selama lebih dari lima dekade, Kohati telah berperan krusial dalam pemberdayaan perempuan di HMI dan masyarakat. Sejak didirikan pada tahun 1966, Kohati hadir sebagai sayap organisasi HMI yang berfokus pada pembinaan dan pemberdayaan
perempuan. Kohati telah melalui berbagai fase penting dalam sejarah sosial dan politik Indonesia, dari era Orde Lama, Orde Baru, hingga reformasi, dan terus beradaptasi dalam konteks zaman yang terus mengalami perubahan.
Sejarah Kohati adalah sejarah
perjuangan untuk membuka akses pendidikan bagi perempuan, memperjuangkan kesetaraan gender, dan mendorong keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan, baik di ruang private maupun publik.
Jejak ini menandai dedikasi Kohati dalam mencetak generasi perempuan yang berani bersuara, berani memimpin, dan berani mengambil peran aktif dalam masyarakat.
Pemberdayaan perempuan yang diusung Kohati tak hanya berbicara soal kemampuan intelektual, tetapi juga tentang nilai-nilai moral, etika, dan spiritualitas yang dibangun
sebagai fondasi untuk menciptakan pemimpin perempuan yang visioner dan berintegritas.Refleksi, Evaluasi Diri dan Menilai Dampak Milad Kohati ke-58 juga menjadi momen reflektif untuk mengevaluasi perjalanan organisasi ini.
Apakah program-program yang diusung Kohati selama ini sudah benarbenar menjawab kebutuhan perempuan di era modern? Apakah Kohati telah berhasil menyentuh seluruh lapisan perempuan, termasuk mereka yang berada di komunitas marjinal dan tertinggal? Evaluasi diri yang kritis ini penting untuk memastikan bahwa langkah-langkah ke depan lebih tepat sasaran dan efektif dalam memberdayakan perempuan.
Kohati harus lebih berfokus pada inklusivitas, memastikan bahwa program-program pemberdayaan tidak hanya menjangkau perempuan yang berada di perkotaan atau memiliki akses lebih baik terhadap pendidikan, tetapi juga perempuan di pedesaan dan
mereka yang berada di lapisan masyarakat bawah. Penguatan kapasitas perempuan di semua sektor kehidupan harus menjadi prioritas utama dalam agenda Kohati ke depan.
Mengidentifikasi Tantangan
Tidak ada perjalanan yang tanpa hambatan. Refleksi ini harus jujur dalam
mengidentifikasi tantangan-tantangan yang dihadapi Kohati, mulai dari keterbatasan sumber daya hingga resistensi terhadap perubahan. Mengakui tantangan ini adalah
langkah pertama untuk mengatasi masalah yang ada dan mencegah terulangnya kesalahan yang sama di masa depan.Perencanaan Strategis
Mengatur langkah untuk masa depan memerlukan perencanaan strategis yang matang. Berdasarkan hasil refleksi, Kohati perlu merumuskan strategi baru yang lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan anggota perempuan saat ini. Ini mungkin termasuk
pengembangan program baru, peningkatan dukungan bagi anggota perempuan, dan penciptaan platform untuk memperkuat keterlibatan mereka dalam berbagai aspek organisasi.
Inovasi dan Adaptasi Era yang terus berubah menuntut inovasi dan adaptasi. Kohati harus siap untuk menghadapi dinamika baru dengan pendekatan yang lebih kreatif dan inovatif. Inisiatif
baru yang relevan dengan tantangan terkini harus dirancang untuk memastikan pemberdayaan perempuan tetap menjadi prioritas utama.
Peningkatan Keterlibatan Akhirnya, refleksi ini harus mencakup strategi untuk meningkatkan keterlibatan dan kepuasan anggota perempuan. Memberdayakan perempuan dalam kepemimpinan dan partisipasi aktif dalam organisasi adalah kunci untuk menciptakan dampak yang berkelanjutan.
Mengembangkan mekanisme untuk memastikan suara perempuan didengar dan dihargai akan memperkuat komitmen Kohati terhadap tujuan pemberdayaan. Kesimpulan
Refleksi milad ke-58 Kohati adalah kesempatan berharga untuk menggali pencapaian masa lalu, memahami dampaknya, dan merencanakan masa depan dengan strategi yang
lebih baik. Dengan evaluasi yang jujur dan perencanaan yang matang, Kohati dapat terus berkembang sebagai pilar pemberdayaan perempuan di HMI, menjadikan perjalanan panjangnya sebagai landasan untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi.( Ocha/ Rilis)